Pemeliharan ayam kampung cukup mudah, kami melakukan sistem koloni.
Mahasiswa jurusan penyuluh peternakan Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor, belajar mengembangkan usaha budi daya ayam kampung melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian atau PWMP.
“Kami mengembangkan usaha budi daya ayam kampung dengan modal berasal dari program PWMP,” kata Rangga Riandika, ketua kelompok budidaya ayam kampung STPP Bogor, Jumat.
Budi daya ayam kampung dijalankan oleh empat mahasiswa jurusan penyuluh peternakan STPP Bogor dengan nama kelompok usaha WRW Success Farm yang diketui oleh Rangga.
Menurut Rangga, usaha budi daya ayam kampung sudah dimulai sejak dua tahun lalu, tepatnya April 2016. Hingga kini budi daya masih berjalan dengan baik.
Selama melakukan budi daya, mereka mempraktikkan ilmu-ilmu yang didapat selama di bangku kuliah. Dimulai dari membeli 200 ekor ayam kampung dengan harga DOC (Day old chicken) Rp6.000 per ekor dari salah tu suplair.
Selama dua tahun melakukan budi daya dengan tekun dan kerjasama tim, sudah lima kali periode budidaya dengan lima kali panen.
“Pemeliharan ayam kampung cukup mudah, kami melakukan sistem koloni,” katanya.
Mereka juga melakukan pengukuran berat badan ayam mulai dari pembelian pertama DOC, sehingga diketahui pertumbuhannya. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, dan air minum secara adlinitum atau tidak terbatas.
Pada minggu pertama, DOC diberikan vitachick untuk menjaga kekebalan tubuh ayam dari penyakit. Lalu diberikan vitagrow untuk pertumbuhan.
“Pakan awal yang kami berikan yakni pakan strater
. Setelah ayam berumur satu bulan diganti dengan finisher
dicampur dengan dedak,” katanya.
Menurut Rangga, dari hasil budi daya yang mereka lakukan, diketahui bahwa usaha budidaya ayam kampung tidak pernah rugi. Setiap periode pemeliharaan mereka mendapatkan keuntungan Rp2 juta dari 300 sampai 400 ekor ayam.
Harga jual per ekor ayam kampung tidak stabil, ayam hidup berkisar antara Rp29 ribu sampai Rp32 ribu per kg, dan ayam potong kurang lebih Rp34 ribu per kg.
“Ada dua sistem pemasaran yang kami lakukan, menjual langsung ke konsumen, atau melalui tengkulak, baik dalam bentuk ayam hidup maupun ayam potong,” katanya.
Selama dua tahun menjalankan usaha ternak ayam kampung, beberapa kendala yang dihadapi seperti ayam terserang penyakit dan banyak yang mati, cuaca ekstrim yang sering terjadi menyebabkan ayam stress.
Hambatan lainnya dari segi teknis ketersediaan bibit DOC yang tidak tepat waktu dapat menyebabkan kerugian karena akan membuang waktu cukup lama.
Rangga dan teman-teman berkomitmen akan terus melanjutkan usaha ternak ayam kampung setelah mereka lulus dari kuliah. Dengan rencana membuka restoran atau rumah makan yang menyediakan menu utama dari ayam kampung yang mereka budidayakan.
Menurutnya program PWMP yang mereka jalankan memberikan pengalaman berwirausaha bagi para mahasiswa menjalanikan bisnis pertanian dengan baik dan berkembang.
PWMP adalah program dari Kementerian Pertanian untuk menumbuhkan jiwa wirausaha bagi mahasiswa di STPP Bogor dan perguruan tinggi lainnya.
“Program ini melatih kami mengatur keuangan dan sebuah usaha,” kata Rangga.