Sebagaimana telah dikatakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk mengoptimalkan sektor pertanian ke depan tidak lepas dari peran pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Demikian juga dengan komitmen Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor untuk menghasilkan petani milenial selain sebagai job creator juga sebagai job seeker.
Kamis (12/03), mahasiswa Jurusan Pertanian Bogor mengikuti Kuliah Umum bersama mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian era 2010 – 2015, Dr. Haryono di Aula Kampus Cibalagung.
Mewakili Direktur, Wida Pradiana selaku Wakil Direktur III memandu jalannya acara didampingi beberapa dosen Jurusan Pertanian. Tema yang diangkat tentang ‘Membangun SDM Pertanian Milenial dan Mengembangkan Usaha Pertanian di Era Digital’.
Mengawali paparannya, Dr. Haryono memberikan semangat kepada mahasiswa sebagai petani milenial Polbangtan Bogor pewaris kejayaan pertanian Indonesia. “Belanda pertama kali mendirikan Kementerian Pertanian pada tahun 1905 berlokasi di Bogor. Polbangtan Bogor, sejak bernama MLS, kemudian berubah menjadi SPMA telah melahirkan tokoh-tokoh besar negeri ini,” ujar Haryono yang disambut tepuk tangan meriah para peserta.
Anggota Dewan Riset Nasional tahun 20012 – 2018 ini membahasa empat isu penting antara lain Biodiversity dan Kekayaan Alam Pertanian Indonesia, SDM Pertanian Millenial Berdaya Saing di Era Digital, Mengembangkan Usaha Pertanian di Era Digital, dan Mempersiapkan Diri sebagai Human Capital dan Pengusaha Pertanian yang Sukses.
Menurut Dr. Haryono, dengan diterbitkannya Permentan nomor 18 tahun 2018 tentang Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi, hal ini bermakna bahwa membangun pertanian berbasis karakteristik eko- region, dan juga peta daya saing daerah. “Bisa jadi entry-point yang bagus utk memajukan pertanian karakter Indonesia, sekaligus mengimplementasi kebijakan dan program Pembangunan Pertanian Berbasis Eko-region,” jelasnya.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan bahwa tantangan SDM pembangunan pertanian Indonesia era 4.0 adalah relevansi pendidikan dan pekerjaan, perlu disesuaikan dengan perkembangan era dan IPTEK dengan tetap memberikan perhatian kepada aspek humanities. Sehingga perlu literasi baru untuk menghadapi tantangan tersebut, “Agar lulusan bisa kompetitif, kurikukum perlu orientasi baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat,” ungkap lelaki kelahiran Rembang ini.
“Apa yang paling sulit dalam usaha pertanian?” tanyanya kepada mahasiswa yang memenuhi aula Polbangtan Bogor.
“Yang paling sulit adalah memulai, untuk itu perlu mempersiapkan diri sebagai human capital dan pengusaha pertanian yang sukses,” lanjutnya.
Mengakhiri paparannya, Dr. Haryono memberikan rumus sukses menjadi pengusaha pertanian, dikenal sebagai ‘The Power and Management of Knowledge’ yaitu E = f (K,M,C,C), Knowledge Management Communication Computer. Power identik dengan energi, diterapkan dengan menyinergikan manajemen pengetahuan komunikasi dan komputer. Selain itu kita harus lebih adaptif, banyak belajar untuk mendapatkan energi tersebut.
Pewarta : Arif Prastiyanto