INDRAMAYU-WARTABOGOR.id –Dalam setiap kesempatan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) selalu menegaskan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi penopang perekonomian bangsa Indonesia, ditengah keresahan bangsa Indonesia dalam menghadapi pandemi wabah virus Covid-19. Peran petani milenial, menurut SYL saat ini sangat diperlukan dalam pengelolaan pertanian modern. “Saya makin percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, maka dunia dalam genggaman kalian,” ujar Menteri Syahrul.
Berdasarkan data saat ini Indonesia memiliki 33,4 juta petani. Sejumlah 30,4 juta (sekitar 91%) sudah berusia tua. Hanya 2,5 juta atau sekitar 9% yang merupakan petani milenial.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa pertanian merupakan garda terdepan di tengah pandemi covid-19 ini. Untuk itu perlu pelopor pertanian yang diharapkan membuat jejaring untuk menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Selain sebagai penghela peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian serta produktivitas lahan dan komoditas.
Adalah Vivit Munawaroh, petani milenial dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor tergerak dengan ucapan Mentan dan Kepala BPPSDMP. Saat ini mahasiswa Tingkat IV Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Jurusan Pertanian ini sedang melaksanakan Tugas Akhir (TA) di Indramayu Jawa Barat, tepatnya di Desa Juntikedokan Kecamatan Juntinyuat.
“Saya mengamati ketika petani habis panen, proporsi sekam padi sebagai limbah pertanian adalah 16-28% dari jumlah gabah kering giling”, ucap Vivit.
Kemudian muncul ide untuk memanfaatkan sekam ini sebagai Biochar atau arang aktif. Biochar adalah arang yang digunakan sebagai amandemen tanah untuk penyerapan karbon dan manfaat kesehatan tanah. Biochar adalah padatan yang stabil, kaya akan karbon, dan dapat bertahan di tanah selama ribuan tahun. Seperti kebanyakan arang, biochar dibuat dari biomassa melalui pirolisis.
Menurut alumni SMA N 1 Sindang Indramayu ini sumber bahan baku biochar terbaik adalah limbah organik khususnya limbah pertanian.
Ia pun mengajak kelompoktani (poktan) ‘Sri Maju’, tempatnya melaksanakan TA untuk bersama-sama membuat Biochar dengan alat sederhana.
Sebelumnya, Vivit menjelaskan kepada anggota kelompoktani tentang manfaat arang aktif ini. “Saya jelaskan ke bapak ibu tani, bahwa arang aktif ini dapat meningkatkan kemampuan tanah menyerap air dan hara, menekan perkembangan penyakit tanaman, sebagai zat pembenah tanah dan memperbaiki kegemburan tanah,” imbuhnya.
Saat ditemui di lapangan, Vivit sedang mengajak dua orang petani, Iryanto dan Karjem membuat biochar di belakang rumahnya. Nampak dua orang petani tersebut sudah mampu mempraktikkan sendiri setelah dijelaskan oleh Vivit.
Iryanto dan Karjem pun melaksanakan langkah-langkah pembuatan sebagai berikut:
- Buat lubang kecil dibagian tutup kaleng toples, masukkan bahan yang mudah terbakar (daun kering)
- Nyalakan api menggunakan korek api pada bahan yang mudah terbakar di dalam toples kaleng
- Ketika api sudah menyala stabil, masukan sekam padi sedikit demi sedikit dan tutup toples biarkan bahan sampai menghitam dan pastikan tidak ada lagi percikan api
- Jika semua bahan telah menghitam, dinginkan dan keringkan kemudian ditumbuk sampai halus
- Biochar sekam padi siap di aplikasikan
Untuk pengaplikasiannya, Vivit dan Poktan Sri Maju memanfaatkanya pada lahan kering dan tanaman jagung dengan takaran 7 ton/ha. “Caranya dengan disebar di pinggir melingkari tanaman atau membuat larikan di tengah tengah tanaman,” pungkas Vivit.