BOGOR – https://polbangtan-bogor.ac.id | Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor kembali menorehkan prestasi. Tim Bharata dari program studi Teknologi Mekanisasi Pertanian (TMP) ini meraih juara 3 dalam perlombaan LKTIN PERMATEP IN ACTION Sub Tema Rekayasa Teknologi dalam Optimalisasi Sumberdaya Lokal.
Karya Ilmiah berjudul Pabrikasi Abakan Gadak sebagai Alat Pasca Panen Gabah ini dibawakan oleh Putut Wulung selaku Ketua, dan beranggotakan Alga Ajis Mubarok, De Gia Fauziah, dan Dini Karimah.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo meyakini melalui pendidikan vokasi pada Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] akan hadir para petani milenial yang berkualitas.
“Dengan pendidikan vokasi, kami berharap hadir petani milenial yang mampu memberikan inovasi dalam pertanian, karena bagaimana pun, masa depan pertanian berada di pundak generasi milenial,” katanya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa sekarang ini dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas tinggi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.
“Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian kedepan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya tetapi juga berorientasi ekspor. Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian,” paparnya.
Putut Wulung mengaku bangga atas prestasi yang diraih timnya di ajang nasional ini. Karena kerja keras mereka terbayar dengan mulus. Mahasiswa tingkat 2 ini pun memaparkan alasan kenapa kelompoknya memilih judul tersebut. Menurutnya, banyak petani gabah saat pascapanen (ketika penjemuran gabah) sering mengalami nyeri otot pada leher, pundak, pinggul, dan betis.
Dimana nyeri tersebut disebabkan karena posisi berdiri-jongkok-duduk yang berulang untuk memasukkan gabah ke dalam karung menggunakan piring atau alat keruk lainnya.
“Petani juga mengalami iritasi kulit atau gatal akibat kontak langsung dengan gabah. Petani juga harus membawa karung berisikan gabah kedalam gudang untuk disimpan dan dijemur kembali kemudian hari. Atas permasalahan inilah, kami menciptakan alat abakan gadak sebagai solusinya”, paparnya.
Wulung memaparkan cara kerja alat yang berhasil diciptakan oleh kelompoknya. “Alat yang diciptakan ini berfungsi sebagai penyekop gabah, petani hanya berdiri, kemudian menarik handle untuk menyekop. Hasil sekopan akan dimasukan kedalam karung yang keluar melalui corong”, ujarnya.
Tidak hanya sebagai penyekop, alat ciptakan mahasiswa TMP ini juga dapat berfungsi sebagai alat penjemur padi. “Alat ini juga berfungsi sebagai alat jemur padi, dengan cara box yang ada ditengah alat dimasukan gabah, kemudian petani tinggal mengarahkan alat ketempat jemur.
Karena desainnya troli, alat ini berfungsi juga sebagai troli pengangkut barang seperti karung gabah dari gudang ke tempat jemur dan sebaliknya. Dengan begitu, kelelahan otot yang dialami oleh petani dapat berkurang”, imbuhnya.
Tim Bharata ini berharap, alat ciptaan mereka dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para petani sehingga taraf hidup petani dapat meningkat.
Wulung pun berpesan kepada teman-teman milenial muda pertanian, untuk tetap terus berkarya. “Jangan pernah berhenti untuk berkreasi. Jika kita dihadapkan oleh suatu problematika, cari jalan keluarnya dari hulu hingga hilir. Dengan begitu, kita bisa menjadi manusia berguna yang dikenang akan jasanya”, ungkapnya