mail@polbangtan-bogor.ac.id
(0251) 8386312

STPP Bogor bersinergi dengan Perguruan Tinggi Mitra Mengawal Penyediaan Benih ke Petani

Babak baru upsus akan digulirkan tahun depan dengan ditetapkannya benih/bibit sebagai target utama produksi. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor bersama mitra perguruan tinggi lainnya siap mengawal produksi benih/bibit di petani.

Melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBN-P), Kementerian Pertanian telah mengalokasikan anggaran memperkuat perbenihan/perbibitan komoditas tanaman pangan (kedelai), hortikultura, perkebunan dan peternakan (sinkronisasi akseptor IB dan SIWAB). Penguatan perbenihan/perbibitan ini untuk peningkatan produksi dan memneuhi kebutuhan dalam negeri.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (BPPSDMP) mendapatkan mandat untuk melaksanakan pengawalan dan pendampingan kepada petani dan poktan. Adapun unsur pelaksanaan pendampingan terdiri dari penyuluh pertanian, petugas teknis dan fungsional rumpun ilmu hayat pertanian (pengawas organisme pengganggu tanaman atau POPT, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit Ternak, dan Paramedik Peternakan), Mahasiswa, Alumni, Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) dan Pemuda Tani.

Sebagai salah satu bagian dari BPPSDMP, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor berkewajiban mendukung penuh pengawalan yang menjadi tindak lanjut Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung Kedelai (Pajale).

Bersama perguruan tinggi mitra seperti Universitas Bengkulu, Universitas Lampung, Universitas Tirtayasa Banten, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Siliwangi Tasikmalaya dan Universitas Singaperbangsa Karawang, STPP Bogor bertanggung jawab dalam pengawalan dan pendampingan di Jawa Barat, Banten, Lampung dan Bengkulu.

“Kita perlu untuk bisa sinergikan dan konsolidasikan data dan rencana pola pendampingan di wilayah kerja tersebut,” kata Ketua STPP Bogor, Nazaruddin dalam Rapat Koordinasi dan Konsolidasi serta Pendampingan Upsus 2017 di Batam, Senin (18/9).

Menurutnya, keberhasilan kegiatan pendampingan ditentukan dengan ketersediaan data yang akurat, perencanaan kegiatan yang terukur dan terarah. Selain itu bisa terbentuk kesamaan persepsi dan komunikasi demi mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan.

Dihubungi terpisah, Kepala BPPSDMP, Momon Rusmono mengungkapkan kegiatan pendampingan ini mulai dilaksanakan Oktober hingga Desember 2017 dan melibatkan ribuan orang pendamping pertanian yang berasal dari 40 perguruan tinggi mitra Kementan dan tujuh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).

Menurut Momon, pihaknya sudah menyiapkan benih kedelai untuk lahan seluas 500 riu ha yang tersebar di sejumlah daerah. Untuk bawang putih dialokasikan pada lahan seluas 3.150 ha, aneka cabai seluas 2.250 ha, bawang merah seluas 1.200 ha. “Untuk sektor perkebunan, program itu berfokus pada tanaman karet, kelapa dalam, kopi, serta kakao dengan total luas 78.370 ha,” paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pengumuman

Berita Lainnya

id_IDID